Inilah Empat Lokasi Skydiving yang Wajib Anda Datangi

Skydiving

Skydiving yang dikenal sebagai salah satu olahraga extreme memang tengah menjadi favorit bagi kalangan muda maupun tua. Bukan hanya menawarkan sensasi terbang melayang diatas udara yang memacu andrenalin, namun olahraga ini juga bisa menyajikan pemandangan luar biasa dari atas ketinggian super duper.

Skydiving sendiri bisa dirasakan secara individual maupun tim. Namun sebelum melalukan olahraga ini, wajib mengikuti pelatihan khusus demi menjaga keamanan. Para skydiver bisa melakukan aksi ini dengan cara melompat dari helikopter, pesawat terbang maupun balon udara dari ketinggian hingga 14.000 kaki dari permukaan laut.

Ketika merasakan sensasi luar biasa Skydiving, maka sang pecandu akan mencoba mencari lokasi baru agar bisa mendapatkan sensasi berbeda. Pertimbangan itu pun akhirnya melahirkan beberapa tempat yang wajib untuk didatangi karena menyajikan pemandangan luar biasa ketika berada diatas udara.

Berikut kami sajikan lokasi terbaru dan indah yang wajib Anda datangi jika benar ingin melakukan Skydiving. Adapun lokasi ini hanya kami berikan empat saja, pasalnya dari sekian banyak lokasi yang ada dunia. Empat lokasi inilah yang paling banyak dikunjungi oleh skydiver.

1. Gurun Pasir Namib, Namibia

Lokasi penerjunan Skydiving yang bisa dibilang jauh dari peradaban masyarakat modern ini terletak di Gurun Namib dan menawarkan terjun bebas selama 60 detik sama seperti lokasi biasanya. Bukit pasir berwarna jingga yang selalu berubah-ubah menjadikan lokasi ini sangat berbeda dari yang lain dan gelombang yang bergulir dari Samudra Atlantik adalah pemandangan yang dapat dilihat ketika mulai terjun. Terjun di Namibia sendiri hanya bisa dilakukan dari ketinggian 13.000 kaki dari permukaan laut.

2. Gunung Everest, Nepal

Tak puas dengan dua tempat, Anda wajib berkunjung ke Gunung Everest, Nepal. Lokasi ini adalah lokasi yang paling banyak dikunjungi oleh skydiver, karena berlokasi tempat skydive tertinggi di dunia. Naik helikopter dan lepas landas di tempat skydiving komersial tertinggi di dunia tersebut adalah sensasi luar biasa yang tak mungkin bisa dilupakan.

Sejauh ini, hanya ada 152 orang yang pernah mencoba terjun secara individual. Jika ingin mencoba terjun sambil melihat pemandangan Gunung Everest beserta puncak-puncak disekitarnya, penerjun harus menggunakan oksigen tambahan karena akan mulai melompat di ketinggian 29.500 kaki dari permukaan laut dan sebagai pemula, wajib ditemani oleh penerjun ahli.

3. Dubai, Uni Emirat Arab

Tak berbeda jauh dengan lokasi Everest, lokasi Skydiving ini juga termasuk yang terpopuler di dunia. Ketika melompat dari pesawat, para skydiver akan disuguhi pemandangan kepulauan pasir buatan, Palm Jumeriah, Teluk Persia, dan kota Dubai itu sendiri.

Bukan itu saja, arah angin yang sering berubah-ubah menjadikan tantangan tersendiri bagi skydiver. Namun semua ini tetap menjadikan Dubai sebagai destinasi yang banyak disukai oleh skydiver.

4. Interlaken, Swiss

Ketika skydiver mencari tempat terjun di antara puncak gunung, tak hanya Everest yang menawarkan pemandangan tersebut. Jika ingin menghemat biaya untuk mencobanya, maka Anda wajib pergi ke tempat lain di Interlaken, Swiss yang menawarkan skydiving ke arah danau yang terletak tinggi, gletser, dan hutan dengan Pegunungan Alpen, Swiss.

Kota Interlaken sendiri dijuluki sebagai kota transit untuk petualangan alam bebas dan memiliki pemandangan yang indah ketika disaksikan dari ketinggian 13.000 kaki. Udara sejuk dan juga pemandangan yang hijau semakin menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pecinta Skydiving.

Mendarah Daging dengan Olahraga Extreme, Pria Ini Lompat dari Jembatan Tertinggi di Dunia

Olahraga Extreme

Satu momen langka baru saja tersaji, dimana sosok pria misterius memberanikan diri untuk memecahkan rekor baru dengan melompat dari jembatan tertinggi di dunia. Pria yang diketahui bernama lengkap Ya Dang berasal dari Provinsi Yunnan, Tiongkok ingin menjajal tantangan baru dengan mencoba melompat dari ketinggian yang tergolong extreme.

Ya Dang, 29 tahun membuktikan keberaniannya dengan melompat dari Jembatan Beipanjian di Provinsi Guizhou. Jembatan tertinggi dunia itu sendiri tercatat memiliki ketinggian 565 meter di atas Lembah Beipanjiang.

Jika dirata-rata, maka ketinggian itu bisa membangun gedung 200 lantai, Ya Dang kini tercatat sebagai orang pertama yang melompat dari atas jembatan tersebut. Besar harapan dari Yan Dan bahwa aksi ini bisa memberikan inspirasi bagi orang lain yang takut akan hal baru.

Bukan itu saja, harapan lain Ya Dang adalah bisa memberikan pandangan lain kepada pecandu adrenalin untuk menghadapi ketakutan mereka dengan menaklukkan tempat-tempat baru yang tergolong extreme termasuk melompat dari ketinggian.

Tak berhenti dari sebuah harapan itu saja, Ya Dang juga memberikan pesan kepada semua pihak agar bisa menjadikan aksinya ini sebagai ajang internasional bagi para penggemar olahraga extreme. Dirinya ingin semua orang bisa merasakan bagaimana debaran jantung yang dihasilkan oleh tantangan lompatan tersebut.

Akhir dari ceritanya adalah dia mengajak kepada semua olahragawan extreme untuk bisa merasakan kepuasan yang dihasilkan setelah melakuka aksi ini. Ya Dang sendiri diketahui sebagai olahragawan yang masih aktif pada cabang olahraga extreme.

 

Nenek Usia 69 Tahun Ini Masih Aktif Olahraga Extreme

Li Paralayang

Sebagai manusia, tentunya kita semua ingin selalu sehat dan bugar. Akan tetapi, semua itu jelas tidak bisa didapat karena kita akan mengalami proses usia lanjut atau masuk pada kondisi tua yang mengakibatkan kondisi fisik akan menurun.

Dan masuk pada usia lansia, maka sebagian orang akan malas untuk melakukan aktifitas yang tentunya bisa membantu pertahan fisiknya. Tak terkecuali bagi lansia yang dulunya memiliki hobi, pastinya mereka secara perlahan meninggalkan hobinya tersebut.

Menariknya disini ketika opini tersebut berhasil dipatahkan oleh nenek yang diketahui berasal dari Tiongkok Ini. Masuk di usia 69 tahun, nenek yang memiliki nama lengkap Li Jianxin hingga kini masih gemar untuk menjalani olahraga extremenya.

Berdasarkan data yang ada, nenek Li kini tercatat sebagai pencetak sejarah dengan menjadi paraglider tertua di Tiongkok. Sang nenek semakin pantas menjadi inspirasi kamu muda yang tidak ingin mengakhiri antusiame untuk berolahraga extreme.

paraglider li

Hasil dan keberanian yang sudah ditunjukan oleh nenek Li lantas tidak bisa mencapai titik baru. Bermasalah pada usia yang sudah tua, nenek Li tidak bisa mendapatkan lisensi untuk berpartisipasi dalam berbagai kompetisi lokal maupun interlokal.

Terlepas dari kegagalan tersebut, satu yang pantas menjadi panutan adalah memberikan kesempatan bagi paralayang atau disebut paraglider muda untuk terus bekerja keras agar bisa mendapatkan lisensi tersebut.

Menapak sekilas perjalanan nenek Li menyukai paraglider, dimana dia mulai belajar paraglide pada 2008. Seiring proses pembelajaran, akhirnya nenek Li berhasil menguasai seni terbang di udara tersebut.

“Saya sangat menyukai sensasi paralayang. Padahal sebelumnya saya tidak pernah mencoba sesuatu yang terlalu berisiko. Ini menjadi yang pertama dan terakhir untuk saya.” demikian pernyataan singkat nenek Li kepada wartawan.

 

Gunung Slamet Persembahkan Olahraga Extreme ‘Cliff Jumping’

Gunung Slamet

Mengunjungi pegunungan memang tak lepas dari pemandangan super air terjun dan juga kesejukan yang diberikan oleh alam. Namun apa jadinya ketika melakukan traveling ke gunung, sekalian melakukan olahraga extreme. Berikut inilah lokasi terbaru yang dimaksud, dimana Gunung Slamet menyajikan semua itu.

Bagi Anda yang suka akan tantangan, olahraga ekstrem cliff jumping, di telaga lereng gunung Slamet, Purbalingga, Jawa Tengah bisa menjadi destinasi terbaru Anda. Selain menikmati indahnya wisata pegunungan, wisatawan bisa berolah raga extreme.

Olahraga yang dimaksud adalah melompat dari atas tebing dan terjun ke telaga. Kini lokasi tersebut sudah menjadi favorit dari sebagian wisatawan yang sengaja datang ke Gunung Slamet.

Berdasarkan data yang berhasil dirangkum, di tengah keindahan lereng Gunung Slamet, terdapat obyek wisata telaga Duwur yang kerap digunakan sebagai ajang olahraga extreme, terutama bagi kaum muda mudi.

Olahraga yang menantang nyawa tersebut adalah cliff jumping atau terjun bebas ke dalam air dari ketinggian yang tidak bisa ditentukan. Adapun bagi para olahragawan bisa melakukan lompatan setinggi 30 meter yang berada di lereng Gunung Slamet.

Sementara, kedalaman curug Duwur berkisar 2 sampai 4 meter sehingga mereka yang melompat akan aman dan nyaman. Untuk sementara ini, para pecinta Olahraga ini kebanyakan berasal dari Bogor, Semarang, hingga Jakarta.

Tak berhenti sampai disitu saja, bukan hanya keindahan yang disajikan. Namun untuk bisa merasakan tantangan tersebut, para wisatawan tidak sampai mengeluarkan biaya besar. Cukup membayar Rp 3 ribu, maka wisatawan bisa langsung merasakan ketegangan melompat dari ketinggian 30 meter.

Cliff jumping pun menjadi yang terfavorit bagi wisatawan muda mudi, Gunung Slemet sendiri merupakan gunung aktif yang ada dibilangan Jawa Tengah. Sejauh ini, Gunung tersebut tergolong non aktif, untuk itu bagi Anda yang ingin berkunjung bisa dipastikan aman dan tidak perlu mengeluarkan uang banyak.

 

Parkour Indonesia: Uji Andrenalin, Tapi Tak Extreme

Parkour Indonesia

Kota Pekanbaru muncul sebagai daya tarik baru bagi pecinta olahraga extreme, keberhasilan ini tak lepas dari perkembangan pemerintahan kota tersebut. Termasuk pola atas kerja keras dari perkembangan komunitas yang ada di Pekanbaru.

Salah satu perkembangan yang nampak jelas adalah dari segi Olahraga, dimana Parkour yang merupakan olahraga extreme ini sekarang hadir di Pekanbaru. Terhitung sudah banyak masyarakat Pekanbaru yang menggeluti olahraga tersebut.

Berbica tentang Parkour, maka pandangan orang langsung menyebut bahwa Parkour adalah salah satu jenis olahraga extrim yang bermodalkan nekat. Akan tetapi, dalam pendefinisiannya Parkour tidak extrema dan bisa menggeluti olahraga ini tanpa basic.

Melalui keterangan dari Ketua Komunitas Parkour Flow it Pekanbaru, Ramadhani menjelaskan ada sebuah film yang sukses memperkenalkan Parkour ke seluruh dunia termasuk di Indonesia sendiri. Film yang dimaksud adalah Yamakasi atau District 13 yang diperankan oleh David Belle kawan-kawan.

Ramadhani menambahkan jika pemeran film tersebut, sejatinya sudah menggeluti olahraga Parkour selama bertahun-tahun dan sukses menjadi profesional berkat kerja kerasnya.

“Parkour bukanlah olahraga extrim. Kebetulan disini, kami menganut pada sistem safety, bukannya nekat. Seperti yang bisa dilihat di film District 13, parkour itu bisa dibilang percampuran anatara olahraga lari, climbing, vaulting, senam lantai dan bela diri,” cetus Ramadhani kepada media.

Berdasarkan pandangan Ramadhani, Parkour itu dituntut pada kekuatan kaki dan juga keseimbangan pada gerakan tubuh. Ini merumuskan pada seseorang yang ingin melewati sebuah rintangan dengan mulus untuk mencapai satu titik tujuan secara cepat bagai kilat.

“Kami disini juga dari awal, kaga bisa apa-apa. Semuanya melalui proses latihan yang serius. Selama empat bulan, kalau serius latihan saya rasa sudah mahir. Tinggal penyesuaian untuk sebuah kreasi saja,” cetus Ramadhani.

Ramadhani menambahkan jika olahraga ini juga bisa ditekuni oleh banyak golongan, baik muda maupun tua. Untuk bisa bergabung bersama komunitas Parkour Pekanbaru, Ramadhani melanjutkan bahwa semua proses yang ada gratis alias tidak dimintan biaya.

Dia lebih menekankan bahwa disini, Parkour Pekanbaru mengedepankan sistem kekeluargaan. ‘Kami disini adalah keluarga, lantas untuk apa malu untuk bergabung bersama kami’, inilah selogan dari Parkour Pekanbaru.

“Anda hanya diharuskan memakai celana dan sepatu yang nyaman untuk digunakan saat latihan. Seperti celana training dan sepatu running. Semua ini hanya untuk mengurangi resiko cedera,” Ramadhani mengakhiri.